Selasa, 21 Januari 2014
Hiduplah yang Qur'ani
08.17
No comments
BANYAK hadits Rasulullah SAW yang mendorong untuk menghapal Al Quran,
atau membacanya di luar kepala, sehingga hati seorang individu Muslim
tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah SWT. Seperti dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu`: “Orang yang
tidak mempunyai hapalan Al Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh
yang akan runtuh.“
Dan Rasulullah SAW memberikan penghormatan kepada orang-orang yang
mempunyai keahlian dalam membaca Al Quran dan menghapalnya,
memberitahukan kedudukan mereka, serta mengedepankan mereka
dibandingkan orang lain.
Dari Abi Hurarirah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW mengutus satu
utusan yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah SAW
mengecek kemampuan membaca dan hapalan Al Quran mereka: setiap
laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana hapalan Al Quran-nya.
Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah SAW :
“Berapa banyak Al Quran yang telah engkau hapal, hai pulan?” ia
menjawab: aku telah hapal surah ini dan surah ini, serta surah Al
Baqarah. Rasulullah SAW kembali bertanya: “Apakah engkau hapal surah Al
Baqarah?” Ia menjawab: Betul. Rasulullah SAW bersabda: “Pergilah, dan
engkau menjadi ketua rombongan itu!”. Salah seorang dari kalangan
mereka yang terhormat berkata: Demi Allah, aku tidak mempelajari dan
menghapal surah Al Baqarah semata karena aku takut tidak dapat
menjalankan isinya.
Mendengar komentar itu, Rasulullah SAW bersabda: “Pelajarilah Al
Quran dan bacalah, karena perumpamaan orang yang mempelajari Al Quran
dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan yang diisi
dengan minyak misik, wanginya menyebar ke mana-mana. Sementara orang
yang mempelajarinya kemudia ia tidur –dan dalam dirinya terdapat hapalan
Al Quran— adalah seperti tempat bekal perjalanan yang disambungkan
dengan minyak misik “
Jika tadi kedudukan pada saat hidup, maka saat mati-pun, Rasulullah
SAW mendahulukan orang yang menghapal lebih banyak dari yang lainnya
dalam kuburnya, seperti terjadi dalam mengurus syuhada perang Uhud.
Rasulullah SAW mengutus kepada kabilah-kabilah para penghapal Al
Quran dari kalangan sahabat beliau, untuk mengajarkan mereka faridhah
Islam dan akhlaknya, karena dengan hapalan mereka itu, mereka lebih
mampu menjalankan tugas itu. Di antara sahabat itu adalah: tujuh puluh
orang yang syahid dalam kejadian Bi`ru Ma`unah yang terkenal dalam
sejarah. Mereka telah dikhianati oleh orang-orang musyrik. Dari Abi
Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Penghapal Al Quran akan
datang pada hari kiamat, kemudian Al Quran akan berkata: Wahai Tuhanku,
bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah
(kehormatan), Al Quran kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka
orang itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al Quran memohon lagi:
Wahai Tuhanku, ridhailah dia, maka Allah SWT meridhainya. Dan
diperintahkan kepada orang itu: bacalah dan teruslah naiki
(derajat-derajat surga), dan Allah SWT menambahkan dari setiap ayat
yang dibacanya tambahan ni`mat dan kebaikan “
Balasan Allah SWT di akhirat tidak hanya bagi para penghapal dan ahli
Al Quran saja, namun cahayanya juga menyentuh kedua orang tuanya, dan
ia dapat memberikan sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah Al
Quran. Dari Buraidah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang
membaca Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan
mahkota dari cahaya pada hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari,
kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah
didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah
ini: dijawab: “karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk
mempelajari Al Quran”.
Belajar Al Quran Lebih Mudah....Click Gambar diatas.
Kamis, 24 Oktober 2013
Karakteristik Pendidikan Charlotte Mason
Apa kekhasan pendidikan Charlotte
Mason dibandingkan sistem pendidikan dan metode homeschooling lainnya? Ide-ide
pendidikan apa saja yang ia tawarkan kepada kita? Dengan enam volume buku yang
masing-masing tebalnya 300-an halaman dan berbagai artikel lepas yang ia tulis,
mustahil meringkas semua pemikirannya ke dalam beberapa butir saja. Tetapi demi
mendapatkan suatu tinjauan umum sebelum memutuskan apakah Anda menyukainya,
saya ingin membantu Anda memahami konsep-konsep kunci dari metode Charlotte
Mason.
1. Pendidikan Liberal
Di era Victoria, masyarakat Inggris sangat tersekat oleh kelas-kelas sosial. Hanya anak-anak dari keluarga kaya yang berkesempatan mencicipi pendidikan dan kehidupan yang berbudaya, sementara anak-anak miskin dipandang rendah dalam martabat maupun kapasitas -- dalam istilah Jawa: bibit, bebet, bobot. Diskriminasi juga berlaku dalam hal gender; hak untuk pendidikan tinggi hanya untuk anak laki-laki. Anak perempuan cukup belajar keterampilan rumah tangga saja karena kelak ia 'hanya' akan menjadi ibu. Charlotte menolak semua diskriminasi itu. Baginya semua anak sama-sama mampu dan berhak untuk mengenyam pendidikan sebaik mungkin. Lewat metode pendidikannya, ia membuktikan bahwa jika prinsip-prinsip pendidikan yang benar dijalankan, "anak yang cerdas akan dipuaskan, dan anak yang lamban dicerdaskan".
2. Karakter sebagai Tujuan
Seorang anak harus dibesarkan bukan cuma untuk menjadi kebanggaan bagi dirinya sendiri atau keluarganya, tapi juga bagi bangsanya, umat manusia, serta Tuhan. Oleh karena itu, urusan pendidikan bagi Charlotte bukan cuma soal mata pelajaran verbal-matematis atau keterampilan untuk mencari nafkah. Tujuan utama pendidikan adalah pembangunan karakter yang luhur dalam diri anak. "Bakat, IQ, kejeniusan, banyak terkait faktor genetik; namun karakter adalah prestasi, suatu pencapaian nyata yang terbuka kemungkinannya bagi siapa saja, baik bagi kita orang dewasa maupun bagi anak-anak kita; dan kehebatan sejati dalam sebuah keluarga atau seorang individu dinilai dari karakternya. Orang-orang besar kita anggap besar semata-mata karena kekuatan karakter mereka." (Charlotte Mason, vol. 2 p. 72)
3. Buku-buku Berkualitas (living books)
Charlotte mengibaratkan pikiran anak ibarat tubuh jasmani yang perlu makanan yang bergizi. Gizi itu adalah ide-ide inspiratif -- “pikiran-pikiran akbar, peristiwa-peristiwa akbar, perenungan-perenungan akbar” (Vol. 6 h. 5) yang membentuk bangsa dan dunia kita -- yang ditransfer "dari pikiran ke pikiran" terutama lewat buku-buku. Maka, Charlotte tak pernah lelah menekankan pentingnya menyajikan buku-buku terbaik sebagai materi pelajaran anak: ditulis langsung oleh si pemikir, tidak diringkas menjadi buku teks atau lembar kerja siswa yang garing; ide itu musti dibaca secara utuh, bukan hanya dicuplik sana sini dan diberikan kepada anak secara sepotong-sepotong.
4. Kurikulum yang
Kaya (generous curriculum)
Selain bergizi, nutrisi pikiran perlu bervariasi. Setiap anak itu unik, kita tidak pernah tahu ide mana yang membangkitkan minatnya, maka kita musti menyediakan kurikulum yang sekaya mungkin. Sastra, puisi, sejarah, geografi, sains, agama, bahasa asing, matematika, hasta karya, pertukangan, studi karya seni -- daftar ini masih berlanjut jika kita ingin menyebut semua mata pelajaran yang terdaftar dalam kurikulum sekolah Charlotte, dan materinya haruslah karya-karya terbaik yang mungkin diperoleh untuk subjek itu.
5. Durasi Belajar Pendek (short lessons)
Jam belajar di sekolah Charlotte untuk usia sekolah dasar kurang lebih 3-4 jam sehari, dimulai jam 9 dan diakhiri pada jam makan siang. Bagaimana mungkin mempelajari begitu banyak subjek dalam waktu begitu singkat? Kuncinya adalah prinsip durasi belajar yang pendek. Charlotte sangat memahami tahap perkembangan anak yang belum mampu mempertahankan atensi dalam waktu lama. Daripada belajar lama-lama tapi pikiran anak melayang ke mana-mana, lebih efektif belajar dalam waktu singkat tapi anak diajari berkonsentrasi penuh. Pada usia sekolah dasar, Charlotte hanya merekomendasikan 10-20 menit untuk satu pelajaran.
6. Narasi
Charlotte menganggap teknik terbaik untuk mengevaluasi seberapa banyak pengetahuan yang bisa anak serap dari materi pelajarannya adalah narasi, bukan soal pilihan ganda, "isilah titik-titik di bawah ini", dan tes-tes komprehensi semacamnya. Narasi berarti meminta anak menceritakan kembali apa yang ia tangkap dari bahan bacaannya. Dengan membuat narasi, anak melatih semua keterampilan intelektualnya sekaligus -- memori, imajinasi, daya nalar, retorika.
7. Tidak Ada Kompetisi
Motivasi anak untuk belajar semestinya berasal dari rasa ingin tahu yang secara alamiah tertanam dalam dirinya sejak lahir. Charlotte menolak segala macam pemeringkatan, pemberian hadiah-hadiah, dan motivasi lain yang bersifat kompetitif karena itu akan membuat anak tergantung kepada dorongan eksternal dan akhirnya menggantikan, atau bahkan mematikan, kecintaan belajarnya yang alami.
8. Tidak Ada PR
Bermain, kata Charlotte, harus dipandang sama pentingnya dengan belajar. Hidup anak tidak boleh terlalu tersita oleh pelajaran akademis. Waktu dari pagi hari setelah sarapan sampai jam makan siang sudah cukup untuk menggarap subjek-subjek intelektual yang menguras mental. Setelah itu biarkan anak bermain bebas, berjalan-jalan di alam terbuka, dan menggarap proyek-proyek lain yang ia sukai. Maka, sekolah Charlotte tidak pernah memberikan PR kepada para siswanya.
9. Cara Belajar Siswa Aktif
Charlotte menganut hukum emas Comenius, "Hendaknya guru mengajar lebih sedikit supaya siswa belajar lebih banyak". Bolak-balik dalam tulisannya ia mengingatkan para pendidik untuk tidak mengambil alih peran anak dalam mencerna pelajaran. Biarlah anak belajar langsung dari para pemikir besar dalam buku-buku yang ia baca, lalu menyimpulkan sendiri makna dan pesan moral yang tersimpan di dalam buku-buku itu. Metode ini melepaskan beban mengajar dari pundak guru, sekaligus mengkondisikan anak menjadi pembelajar mandiri dengan kekuatan mental yang semakin bertambah karena terus dilatih menyerap sendiri pengetahuan.
10. Akrab dengan Alam (outdoor life & nature study)
Khususnya pada enam sampai tujuh tahun pertama usianya, Charlotte berharap agar anak-anak dibiarkan untuk menjelajah dunia sebebas mungkin. Orangtua tidak perlu membebani mereka dengan pelajaran formal seperti belajar membaca, menulis, atau berhitung. Pada usia emas ini, urusan anak adalah menjelajah alam semesta dan isinya (nature study). Salah satu saran Charlotte bagi anak-anak usia dini – yang barangkali terasa nyelenehdi era digital ini – adalah supaya mereka banyak-banyak menghabiskan waktu bermain dan menjelajah di alam terbuka (out-of-door life). Tidak hanya 1-2 jam, Charlotte menyebutkan target ideal 4-6 jam dalam sehari! Nantinya ketika pelajaran akademis telah dimulai, kegiatan di luar ruangan dan nature study ini lebih diarahkan untuk mengembangkan kebiasaan ilmiah anak: daya perhatian, kecermatan observasi, kebiasaan mencatat dengan teliti apa yang diamati di alam, dan seterusnya.
Selain bergizi, nutrisi pikiran perlu bervariasi. Setiap anak itu unik, kita tidak pernah tahu ide mana yang membangkitkan minatnya, maka kita musti menyediakan kurikulum yang sekaya mungkin. Sastra, puisi, sejarah, geografi, sains, agama, bahasa asing, matematika, hasta karya, pertukangan, studi karya seni -- daftar ini masih berlanjut jika kita ingin menyebut semua mata pelajaran yang terdaftar dalam kurikulum sekolah Charlotte, dan materinya haruslah karya-karya terbaik yang mungkin diperoleh untuk subjek itu.
5. Durasi Belajar Pendek (short lessons)
Jam belajar di sekolah Charlotte untuk usia sekolah dasar kurang lebih 3-4 jam sehari, dimulai jam 9 dan diakhiri pada jam makan siang. Bagaimana mungkin mempelajari begitu banyak subjek dalam waktu begitu singkat? Kuncinya adalah prinsip durasi belajar yang pendek. Charlotte sangat memahami tahap perkembangan anak yang belum mampu mempertahankan atensi dalam waktu lama. Daripada belajar lama-lama tapi pikiran anak melayang ke mana-mana, lebih efektif belajar dalam waktu singkat tapi anak diajari berkonsentrasi penuh. Pada usia sekolah dasar, Charlotte hanya merekomendasikan 10-20 menit untuk satu pelajaran.
6. Narasi
Charlotte menganggap teknik terbaik untuk mengevaluasi seberapa banyak pengetahuan yang bisa anak serap dari materi pelajarannya adalah narasi, bukan soal pilihan ganda, "isilah titik-titik di bawah ini", dan tes-tes komprehensi semacamnya. Narasi berarti meminta anak menceritakan kembali apa yang ia tangkap dari bahan bacaannya. Dengan membuat narasi, anak melatih semua keterampilan intelektualnya sekaligus -- memori, imajinasi, daya nalar, retorika.
7. Tidak Ada Kompetisi
Motivasi anak untuk belajar semestinya berasal dari rasa ingin tahu yang secara alamiah tertanam dalam dirinya sejak lahir. Charlotte menolak segala macam pemeringkatan, pemberian hadiah-hadiah, dan motivasi lain yang bersifat kompetitif karena itu akan membuat anak tergantung kepada dorongan eksternal dan akhirnya menggantikan, atau bahkan mematikan, kecintaan belajarnya yang alami.
8. Tidak Ada PR
Bermain, kata Charlotte, harus dipandang sama pentingnya dengan belajar. Hidup anak tidak boleh terlalu tersita oleh pelajaran akademis. Waktu dari pagi hari setelah sarapan sampai jam makan siang sudah cukup untuk menggarap subjek-subjek intelektual yang menguras mental. Setelah itu biarkan anak bermain bebas, berjalan-jalan di alam terbuka, dan menggarap proyek-proyek lain yang ia sukai. Maka, sekolah Charlotte tidak pernah memberikan PR kepada para siswanya.
9. Cara Belajar Siswa Aktif
Charlotte menganut hukum emas Comenius, "Hendaknya guru mengajar lebih sedikit supaya siswa belajar lebih banyak". Bolak-balik dalam tulisannya ia mengingatkan para pendidik untuk tidak mengambil alih peran anak dalam mencerna pelajaran. Biarlah anak belajar langsung dari para pemikir besar dalam buku-buku yang ia baca, lalu menyimpulkan sendiri makna dan pesan moral yang tersimpan di dalam buku-buku itu. Metode ini melepaskan beban mengajar dari pundak guru, sekaligus mengkondisikan anak menjadi pembelajar mandiri dengan kekuatan mental yang semakin bertambah karena terus dilatih menyerap sendiri pengetahuan.
10. Akrab dengan Alam (outdoor life & nature study)
Khususnya pada enam sampai tujuh tahun pertama usianya, Charlotte berharap agar anak-anak dibiarkan untuk menjelajah dunia sebebas mungkin. Orangtua tidak perlu membebani mereka dengan pelajaran formal seperti belajar membaca, menulis, atau berhitung. Pada usia emas ini, urusan anak adalah menjelajah alam semesta dan isinya (nature study). Salah satu saran Charlotte bagi anak-anak usia dini – yang barangkali terasa nyelenehdi era digital ini – adalah supaya mereka banyak-banyak menghabiskan waktu bermain dan menjelajah di alam terbuka (out-of-door life). Tidak hanya 1-2 jam, Charlotte menyebutkan target ideal 4-6 jam dalam sehari! Nantinya ketika pelajaran akademis telah dimulai, kegiatan di luar ruangan dan nature study ini lebih diarahkan untuk mengembangkan kebiasaan ilmiah anak: daya perhatian, kecermatan observasi, kebiasaan mencatat dengan teliti apa yang diamati di alam, dan seterusnya.
11. Habit
Training dan Keteladanan
Satu hal yang membuat saya terpikat begitu mengenal metode Charlotte Mason adalah konsepnya tentang habit training sebagai teknik praktis pendidikan karakter. Education is a discipline, kata Charlotte. Disiplin itu berarti orangtua secara terencana dan sistematis melatihkan kebiasaan-kebiasaan baik ke dalam hidup sehari-hari anak. Seorang anak yang telah terbiasa memikirkan perkara-perkara mulia dan luhur, sampai kebiasaan itu terbentuk sebagai karakternya, akan lebih sulit mengubah dirinya menjadi pribadi yang suka berpikir jahat. Charlotte mengumpamakan habit training ini seperti proses memasang rel-rel kereta api. Sudahkah orangtua secara serius memikirkan jalur mana yang musti ditempuh anak agar gerbong-gerbong kehidupannya bisa sampai ke stasiun tujuan? Maka ke sanalah sepatutnya mereka secara konsisten memasang lintasan-lintasan yang nyaman untuk dilewati agar “si pelancong kecil bisa melaju dengan kecepatan penuh”. Yang tak kalah penting adalah prinsipEducation is an atmosphere, anak menyerap pengaruh lingkungan sama seperti ia menghirup udara untuk bernafas, maka orangtua dan guru musti bertindak selaras dengan perannya sebagai pemberi inspirasi bagi anak-anak. Seperti kata Naomi Aldort, raising children is raising ourselves, mendidik anak-anak pada hakikatnya adalah mendidik diri sendiri.
Satu hal yang membuat saya terpikat begitu mengenal metode Charlotte Mason adalah konsepnya tentang habit training sebagai teknik praktis pendidikan karakter. Education is a discipline, kata Charlotte. Disiplin itu berarti orangtua secara terencana dan sistematis melatihkan kebiasaan-kebiasaan baik ke dalam hidup sehari-hari anak. Seorang anak yang telah terbiasa memikirkan perkara-perkara mulia dan luhur, sampai kebiasaan itu terbentuk sebagai karakternya, akan lebih sulit mengubah dirinya menjadi pribadi yang suka berpikir jahat. Charlotte mengumpamakan habit training ini seperti proses memasang rel-rel kereta api. Sudahkah orangtua secara serius memikirkan jalur mana yang musti ditempuh anak agar gerbong-gerbong kehidupannya bisa sampai ke stasiun tujuan? Maka ke sanalah sepatutnya mereka secara konsisten memasang lintasan-lintasan yang nyaman untuk dilewati agar “si pelancong kecil bisa melaju dengan kecepatan penuh”. Yang tak kalah penting adalah prinsipEducation is an atmosphere, anak menyerap pengaruh lingkungan sama seperti ia menghirup udara untuk bernafas, maka orangtua dan guru musti bertindak selaras dengan perannya sebagai pemberi inspirasi bagi anak-anak. Seperti kata Naomi Aldort, raising children is raising ourselves, mendidik anak-anak pada hakikatnya adalah mendidik diri sendiri.
Motifasi perubahan
Ketika aku muda, aku ingin mengubah
seluruh dunia. Lalu aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini, lalu
aku putuskan untuk mengubah negaraku saja.
Ketika aku sadari bahwa aku tidak
bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha mengubah kotaku. Ketika aku semakin
tua, aku sadari tidak mudah mengubah kotaku. Maka aku mulai mengubah
keluargaku.
Kini aku semakin renta, aku pun tak bisa
mengubah keluargaku. Aku sadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah
diriku sendiri.
Tiba-tiba aku tersadarkan bahwa bila
saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, aku pasti bisa mengubah keluargaku
dan kotaku. Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku dan aku pun bisa mengubah
seluruh dunia ini.
Kawan, Tidak ada yang bisa kita ubah
sebelum kita mengubah diri sendiri. Tak bisa kita mengubah diri sendiri sebelum
mengenal diri sendiri. Takkan kenal pada diri sendiri sebelum mampu menerima
diri ini apa adanya.
Multiple Inteligence
Sebagian
besar orang tua masa kini sudah kenal istilah “Kecerdasan Majemuk” atau
Multiple Intelligences (MI). Tetapi tahukah Anda, apa yang sebenarnya mendasari
pemikiran Howard Gardner, bapak kecerdasan majemuk ini?
Semua berawal dari kegelisahan Howard Gardner, seorang profesor pendidikan yang mengabdikan dirinya di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Menurutnya, selama ini para pendidik telah melakukan kekeliruan karena menganggap tes kecerdasan atau tes IQ adalah satu-satunya ukuran yang paling dapat dijadikan patokan untuk mengukur kecerdasan seseorang.
Menurut Gadner, kecerdasan manusia juga harus dinilai berdasarkan:
- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi hidup
- Kemampuan menemukan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan atau dicari solusinya
- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan memberikan penghargaan dalam budaya seseorang.
Gardner bersama rekan-rekannya yang mengembangkan penelitian untuk mengembangkan konsep MI tidak hanya menilai kecerdasan dengan cara menguji kemahiran seseorang memahami dan menyelesaikan soal-soal logika-matematika (sebagaimana yang dilakukan dalam tes IQ). Bersama tim, Gardner mengembangkan cara-cara mengukur kemampuan individu untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu.
Dikembangkan dan diungkapkan pertama kali tahun 1983, Gardner mendefinisikan kecerdasan manusia yang tak berbatas, yang diantaranya dapat dikelompokkan menjadi delapan kecerdasan, yaitu Bodily-kinesthetic,Interpersonal,Verbal-linguistic,Logical-mathematical,Intrapersonal,Visual-spatial,Musical,Naturalistik
And Spiritual.
Semua berawal dari kegelisahan Howard Gardner, seorang profesor pendidikan yang mengabdikan dirinya di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Menurutnya, selama ini para pendidik telah melakukan kekeliruan karena menganggap tes kecerdasan atau tes IQ adalah satu-satunya ukuran yang paling dapat dijadikan patokan untuk mengukur kecerdasan seseorang.
Menurut Gadner, kecerdasan manusia juga harus dinilai berdasarkan:
- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi hidup
- Kemampuan menemukan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan atau dicari solusinya
- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan memberikan penghargaan dalam budaya seseorang.
Gardner bersama rekan-rekannya yang mengembangkan penelitian untuk mengembangkan konsep MI tidak hanya menilai kecerdasan dengan cara menguji kemahiran seseorang memahami dan menyelesaikan soal-soal logika-matematika (sebagaimana yang dilakukan dalam tes IQ). Bersama tim, Gardner mengembangkan cara-cara mengukur kemampuan individu untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu.
Dikembangkan dan diungkapkan pertama kali tahun 1983, Gardner mendefinisikan kecerdasan manusia yang tak berbatas, yang diantaranya dapat dikelompokkan menjadi delapan kecerdasan, yaitu
Ikhtisar
masing-masing kategori kecerdasan majemuk ini, yaitu:
Bodily-kinesthetic
Area
kecerdasan ini berhubungan erat dengan ketangkasan gerak tubuh. Sebagian besar
dari mereka bagus dalam aktivitas fisik, seperti olahraga dan menari. Mereka
menikmati akting dan performance, juga memiliki kemampuan membangun
dan membuat sesuatu yang baik. Anak dengan kecerdasan bodily-kinesthetic tinggi
secara unik mengingat sesuatu melalui anggota tubuhnya, karenanya mereka akan
sangat baik mengingat visualisasi atau gambar.
Interpersonal
Area
kecerdasan ini berkaitan erat dengan kemampuan menjalin hubungan dengan orang
lain. Meskipun tidak dapat dipastikan terjadi pada setiap anak, anak-anak
dengan kecerdasan interpersonal tinggi cenderung ekstrovert, memiliki karakter
yang sensitif dan peka terhadap mood, tempramen dan motivasi
orang lain. Kemampuan mereka untuk bekerjasama dengan orang lain dalam satu
kelompok pun sangat baik. Selain itu, mereka pun dapat berkomunikasi dengan
efektif dan memiliki rasa empati tinggi pada orang lain.
Verbal-linguistic
Area
kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan memahami dan membentuk kata-kata
serta menyampaikan pikiran dan perasaan melalui ucapan dan tulisan. Anak dengan
kecerdasan verbal-linguistic tinggi terlihat sangat pandai
menggunakan kata-kata dan mempelajari bahasa. Kemampuan membaca, menulis,
bercerita dan mengingat kata-kata serta angka-angka, juga menonjol. Pada
beberapa anak, terkadang terlihat terampil dalam menjelaskan sesuatu, mengajar,
berorasi dan berbicara dengan gaya persuasif. Mereka mudah mempelajari bahasa
asing dan memiliki memori verbal yang tinggi, selain itu mereka pun mampu untuk
mengerti dan memanipulasi syntax dan struktur.
Logical-mathematical
Area
kecerdasan ini berkaitan erat dengan konsep “intelligence quotinent” (IQ).
Kecerdasan logical-mathematicalberhubungan dengan kemampuan
berpikir logika, menterjemahkan abstraktsi, menganalisa sebab-akibat dan
bekerja dengan angka. Selain anak dengan kecerdasan logical-mathematical tinggi
secara alami pandai dalam matematika, catur, pemograman komputer, dan aktivitas
logika atau yang berkaitan dengan angka lainnya. Anak ini juga memiliki kemampuan
tinggi mengidentifikasi sebab akibat, mengenal dan menterjemahkan pola abstrak,
berpikir ilmiah dan investigasi serta kemampuan untuk menyelesaikan perhitungan
yang rumit.
Intrapersonal
Area
kecerdasan ini berkaitan dengan kapasitas anak dalam introspeksi dan refleksi
diri. Meskipun tidak otomatis, anak dengan kecerdasan intrapersonal yang
tinggi, memiliki karakter yang introvert dan memilih untuk bekerja sendiri.
Mereka biasanya memiliki kesadaran yang tinggi akan eksistensi dirinya dan
mampu dengan baik memahami emosi pribadi, tujuan hidup dan motivasi bagi
dirinya. Mereka secara khusus tertarik pada hal-hal yang bersifat filosofi.
Selain itu, anak dengan kecerdasan intrapersonal tinggi cenderung bersifat
perfeksionis.
Visual-spatial
Area
kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan daya tangkap jarak dan ruang secara
visual. Anak dengan kecerdasanvisual-spatial tinggi biasanya
memiliki kemampuan yang baik dalam mengkomunikasikan objek visual maupun
sebaliknya, memvisualkan objek. Mereka sangat mahir dalam menyelesaikan puzzle,
memiliki ingatan yang kuat pada gambar dan artistik. Anak-anak ini secara
keseluruhan memiliki feeling yang baik terhadap arah dan juga memiliki
kemampuan koordinasi tangan-mata yang baik.
`
Musical
Area
kecerdasan ini berkaitan dengan ritme, musik dan daya tangkap pendengaran. Anak
dengan kecerdasan musical tinggi memperlihatkan kepekaan pada
suara, ritme, nada dan musik. Mereka biasanya memiliki pitch control yang
baik, bahkan sangat baik, bisa bernyanyi, memainkan alat musik dan menciptakan
lagu. Pada beberapa kasus anak-anak ini belajar dengan menggunakan lagu dan
ritme untuk memudahkan mereka mengingat sesuatu. Selain itu mereka dapat
bekerja atau belajar dengan baik bila ditemani musik sebagai latar belakang.
Naturalistik
Area
kecerdasan ini berkaitan erat dengan alam dan hal lainnya yang berkaitan dengan
ilmu bumi/lingkungan. Mereka yang memiliki kecerdasan naturalistic tinggi,
mahir dalam memelihara dan menumbuhkan sesuatu, sensitif pada lingkungan dan
senang berinteraksi dengan hewan. Dengan stimulasi yang tepat mereka akan mampu
menganalisa arti dari perubahan cuaca atau gejala-gejala alam yang terjadi di
sekitar mereka. Mengenali dan mengkategorikan sesuatu merupakan kepandaian
utama orang-orang dengan kecerdasan naturalis. Anak dengan kecerdasan naturalistic tinggi
akan nampak tidak nyaman mempelajari hal yang belum mereka ketahui, terlihat
seperti materi yang tidak penting atau tidak memiliki kaitan dengan alam.
kecerdasan spiritual
Area
kecerdasan ini merupakan kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia
dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap
kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai
bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan
hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang
hakiki.
Masing-masing
area kecerdasan ini sesungguhnya memungkinkan untuk dapat dicermati secara
kasat mata. Namun demikian, pengkategorian kecerdasan yang membaca belahan otak
ini, akan lebih akurat bila dideteksi dengan menggunakan alat tes yang tepat.
Sayangnya, belum ada alat yang Gardner publikasikan, yang dapat dengan tepat
mendeteksi kecenderungan kecerdasan tertentu ini. Padahal dengan mengetahui
kecenderungan kecerdasan yang dimiliki seseorang, pemberian stimulus yang tepat
akan lebih efektif, merancang pola belajar yang lebih efektif dan mengarahkan
seseorang seusai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya.
Gardner
menjelaskan bahwa orang tua yang mengamati perkembangan anaknya setiap hari
akan dapat sedikitnya mendeskripsikan kecerdasan menonjolnya anaknya, meskipun
perlu waktu agak lama dan banyak kesabaran untuk melakukannya. Hal ini pun
perlu didukung bantuan psikolog untuk melakukan beberapa tes yang dapat
membantu perumusan hipotesa.
Di
sisi lain, pengetahuan ini juga jangan sampai menjebak seseorang hingga
akhirnya tidak bergerak aktif mencari pokok masalah yang sebenarnya, dari
hambatan prestasi akademik atau permasalahan kehidupan interaksi sosial.
Teori
kecerdasan majemuk hanyalah satu dari banyak teori bagus yang dapat Anda
jadikan referensi dalam mendukung proses tumbuh kembang prestasi Anda.
Mengkiblat pada teori ini saja jelas tidaklah cukup membantu Anda memaksimalkan
potensi sebenarnya yang dimiliki Anda. Hasil akhirnya tetap bergantung pada
orang yang memegang peranan penting dalam mengembangkan lingkungan yang
mendukung untuk menstimulasi perkembangan Anda, yaitu anda sendiri sebagai
pemegang kontrol.
Namun
demikian, mungkin sudah saatnya Anda mulai mendeskripsikan kecerdasan menonjol
yang ada pada diri Anda. Bagaimana pun juga, mengayuh perahu mengikuti aliran
arus sungai akan membuat Anda lebih cepat sampai di tujuan.
Senin, 27 Agustus 2012
Isak Tangis Isam Bin Yusuf
Dikisahkan
tentang seorang yang ahli ibadah bernama Isam Bin Yusuf.Ia adalah seorang Hamba
Allah yang sangat wara’ dan khusu’ dalam salatnya.Namun, ada hal yang selalu
mengusik hatinya.Ia selalu merasa bahwa ibadah yang dilakukan kurang khusu’. Karena
itu, Isam Bin Yusuf selalu bertanya kepada orang yang ia anggap lebih mampu
beribadah secara khusu’ daripada dirinya.
Suatu
hari, Isam menghadiri majelis seorang abid bernama Hatim Al- Asham. Kepadanya
Isam bertanya, “ Wahai Abu Abdurahman ( Nama Panggilan Hatim ), bagaimana cara tuan melaksanakan sholat?”
Hatim
kemudian Menjawab,”Apabila masuk waktu shalat,Aku berwudhu lahir dan batin.”
Mendengar
jawaban itu, Isam Bin Yusuf melanjutkan pertanyaannya, bagaimana wudhu batin
itu?”
Hatim
berkata, “ wudhu lahir adalah seperti biasa, membasuh seluruh anggota wudhu
dengan air. Sementara wudhu batin adalah membasuh anggota wudhu dengan tujuh
perkara, yaitu bertobat, menyesal terhadap dosa yang telah dilakukan, tidak
tergila gila terhadap dunia, tidak mencari pujian dari manusia, meninggalkan
sifat bermegah megahan, meninggalkan sifat khianat dan menipu, dan meninggalkan
sifat dengki.”
Hatim
melanjutkan ucapannya, “ kemudian aku pergi ke masjid. Kupusatkan semua Anggota
tubuhku untuk menghadap ke arah kiblat.Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan. Aku
bayangkan Allah berada dihadapanku.Surga disebelah kananku.Neraka disebelah
kiriku.Dan malaikat maut dibelakangku.kubayangkan pula, seolah olah aku berdiri
diatas Shiratal mustaqim. Aku menganggap salatku kali ini adalah yang terakhir
bagiku.Mungkin setelah salat itu, aku akan menghadap ke haribaan Allah
SWT.Kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik.kuresapi makna setiap bacaan
dan doa dalam salatku, kemudian aku ruku’ dan sujud dengan penuh tawaduk dan
merasa hina di hadapan Allah. Aku bertasyahud penuh pengharapan, dan aku
mengucapkan salam dengan penuh keikhlasan. Begitulah salat yang kulakukan
selama 30 tahunini.”
Begitu
selesai Isam Bin Yusuf mendengar keterangan Hatim, Menangislah ia dengan
sekeras kerasnya. Yang terbayang dibenaknya adalah betapa ibadah yang
dilakukannya selama ini sangat tak berarti bila dibandingkan ibadah yang
dilakukan oleh hatim.
Kefasihan dan kearifan seorang anak berusia 10 Tahun
Kholifah umar bin
abdul aziz memerintah pada masa bani umayyah. Suatu hari, wakil dari setiap
wilayah yang ditaklukan datang menghadap umar bin abdul aziz untuk melaporkan
keadaan di wilayahnya masing masing.
Wakil utusan dari
wilayah hijaz dipersilahkan untuk berbicara terlebih dahulu. Begitu melihat
bahwa wakil dari wilayah hijaz adalah seorang anak yang masih belia,kholifah
umar bin abdul aziz berkata, “ wahai anak kecil, biarlah orang orang yang lebih
tua darimu berbicara terlebih dahulu.”
Mendengar teguran
sang kholifah, wakil yang masih anak anak itu lalu menjawab, “ Ya Amirul
Mukminin!sebenarnya manusia dipandang dari dua hal, yaitu hati dan
lidahnya.Apabila Allah SWT telah menganugerahkan kepada seseorang lidah yang
fasih dan hati yang arif, maka orang itu lebih berhak untuk bersuara. Begitu
pula dengan engkau, Wahai Amirul Mukminin! Jika dipandang dari segi Umur, ada
orang yang lebih berhak dan pantas untuk duduk di atas singgasana paduka itu.”
Kholifah Umar Bin
Abdul Aziz sangat kagum dengan jawaban yang diberikan anak kecil tersebut.
Ternyata, kata katanya penuh hikmah dan sangat berisi, hingga membuat
kholifah menyadari kekeliruan ucapannya. “ benar apa yang kau ucapkan, wahai
wakil yang terhormat. Katakanlah bagaimana keadaan negerimu saat ini?”
“ Ya Amirul
Mukminin, kami adalah penduduk yang mendapat kebahagiaan, bukan kesulitan.kami
menghadap paduka bukan untuk mengadukan kekacauan negeri kami. Sebaliknya, kami
ingin melaporkan bahwa kami telah memperoleh apa yang telah kami harapkan,
berkat kepemimpinan paduka yang adil.”
Kholifah Umar Bin
Abdul Aziz merasa kagum terhadap kefasihan dan kebijaksanaan ucapan anak
itu.beliau lalu bertanya, “ berapa usiamu, wahai wakil yang bijaksana?”
Anak itu
menjawab. “ Sepuluh Tahun, Paduka.”
Rasa Kagum
Kholifah Umar Bin Abdul Aziz diwujudkan dalam ucapan doannya, “ Semoga Allah Menetapkan
kefasihan dan kebijaksanaan dalam setiap ucapanmu,nak.”
Minggu, 26 Agustus 2012
Undian Berhadiah Syurga
Ketika rosulullah SAW menyeru
kaum muslim yang mampu berperang untuk terjun ke gelanggang perang badar,
terjadi perdebadan menarik antara saad bin khaitsamah dan ayahnya, khaitsamah. Pada
saat itu, seruan untuk terjun berperang adalah suatu yang sangat ditunggu
tunggu. Kaum muslimin sudah terbiasa diseru untuk membela agama Allah dan
berjihad di jalan-Nya. Karena itu, Khaitsamah berkata kepada anaknya, “ wahai
anakku, aku akan keluar untuk berperang. Kau tinggal saja dirumah, menjaga
wanita dan anak anak.”
“
wahai ayahku, demi Allah janganlah berbuat seperti itu, karena keinginanku untuk memerangi
mereka lebih besar daripada keinginanmu.engkau lebih berhak untuk tinggal
dirumah. Karenanya, izinkanlah aku keluar untuk berperang dan tinggallah engkau
disini, wahai ayahku!” jawab saad.
Kaitsamah
marah, lalu berkata kepada anaknya,” kamu membangkang dan tidak mentaati perintahku!”
Saad
menjawab, “ Allah mewajibkan aku untuk berjihad, dan rosulullah memanggiku
untuk berangkat berperang, sementara engkau meminta sesuatu yang lain
kepadaku.bagaimana mungkin engkau rela melihatku taat kepadamu, tetapi pada
saat yang sama aku menentang Allah dan Rosul-Nya? ”
Khaitsamah
Kemudian berkata “ wahai anakku, kita berdua memang harus memenuhi seruan
Rosulullah. Karena itu, dahulukan aku untuk berangkat! “
Saad
Menjawab, “ Demi Allah, wahai Ayahku. Kalau bukan karena surga, aku akan
mendahulukanmu.”
Khaitsamah
tidak rela mendahulukan anaknya kecuali melalui undian antara dia dan anaknya,
sehingga terasa lebih adil.hasil undian
menunjukkan bahwa saadlah yang harus turun ke medan perang. Ia lalu
turun ke medan badar, dan akhirnya ia mati syahid dalam peperangan itu.
Kini,
giliran khaitsamah berangkat menuju medan peetempuran.tetapi Rosulullah tidak
mengijinkannya. Khaitsamahpun berkata sambil menangis, “ Wahai Rosulullah, aku
ingin sekali terjun dalam perang badar.karena keinginanku yang sangat kuat, aku
lalu mengadakan undian dengan anakku. Tetapi anakku yangmemenangkan undian itu,
sehingga dia yang terlebih dahulu mendapatkan syahid.Kemarin aku bermimpi. Didalam
mimpi itu, aku melihat anakkku berkata kepadaku, “ Engkau harus menemaniku di
surga, dan aku telah mendapatkan apa yang telah di janjikan Allah.wahai Rosulullah, Demi Allah aku sangat rindu untuk
menemaninya di surga. Usiaku telah lanjut dan aku ingin berjumpa dengan
tuhanku,”
Langganan:
Komentar (Atom)

















