Senin, 27 Agustus 2012

Kefasihan dan kearifan seorang anak berusia 10 Tahun


Kholifah umar bin abdul aziz memerintah pada masa bani umayyah. Suatu hari, wakil dari setiap wilayah yang ditaklukan datang menghadap umar bin abdul aziz untuk melaporkan keadaan di wilayahnya masing masing.
Wakil utusan dari wilayah hijaz dipersilahkan untuk berbicara terlebih dahulu. Begitu melihat bahwa wakil dari wilayah hijaz adalah seorang anak yang masih belia,kholifah umar bin abdul aziz berkata, “ wahai anak kecil, biarlah orang orang yang lebih tua darimu berbicara terlebih dahulu.”
Mendengar teguran sang kholifah, wakil yang masih anak anak itu lalu menjawab, “ Ya Amirul Mukminin!sebenarnya manusia dipandang dari dua hal, yaitu hati dan lidahnya.Apabila Allah SWT telah menganugerahkan kepada seseorang lidah yang fasih dan hati yang arif, maka orang itu lebih berhak untuk bersuara. Begitu pula dengan engkau, Wahai Amirul Mukminin! Jika dipandang dari segi Umur, ada orang yang lebih berhak dan pantas untuk duduk di atas singgasana paduka itu.”
Kholifah Umar Bin Abdul Aziz sangat kagum dengan jawaban yang diberikan anak kecil tersebut. Ternyata, kata katanya penuh hikmah dan sangat  berisi, hingga membuat kholifah menyadari kekeliruan ucapannya. “ benar apa yang kau ucapkan, wahai wakil yang terhormat. Katakanlah bagaimana keadaan negerimu saat ini?”
“ Ya Amirul Mukminin, kami adalah penduduk yang mendapat kebahagiaan, bukan kesulitan.kami menghadap paduka bukan untuk mengadukan kekacauan negeri kami. Sebaliknya, kami ingin melaporkan bahwa kami telah memperoleh apa yang telah kami harapkan, berkat kepemimpinan paduka yang adil.”
Kholifah Umar Bin Abdul Aziz merasa kagum terhadap kefasihan dan kebijaksanaan ucapan anak itu.beliau lalu bertanya, “ berapa usiamu, wahai wakil yang bijaksana?”
Anak itu menjawab. “ Sepuluh Tahun, Paduka.”

Rasa Kagum Kholifah Umar Bin Abdul Aziz diwujudkan dalam ucapan doannya, “ Semoga Allah Menetapkan kefasihan dan kebijaksanaan dalam setiap ucapanmu,nak.”

1 komentar:

  1. Hikmah :
    “ Allah SWT memuliakan siapa saja yang dikehendakinya dan menghinakan siapa saja yang dikehendakinya.” Demikian firman Allah dalam Al Qur’an terkait kemuliaan dan kehinaan yang diperoleh manusia didunia ini.kemuliaan dan kehinaan manusia adalah atas kehendak Allah.Anak kecil berusia sepuluh tahun yang memperoleh kemuliaan dalam kisah ini merupakan bukti firman Allah tersebut. Ada banyak cara yang ditempuh Allah untuk menggangkat martabat manusia dan menempatkannya dalam kedudukan mulia ditengah umat manusia.salah satunya adalah dengan menganugerahkan kepada hamba yang dikehendaki-Nya lidah yang fasih dan hati yang arif.Apabila dua hal ini terdapat dalam diri seorang hamba, itu merupakan pertanda adanya kemuliaan yang disertakan Allah SWT dalam hidupnya. Hamba Allah dalam kisah ini, meskipun usianya baru sepuluh tahun, karena Allah menghendakinnya duduk dalam golongan orang orang yang dimuliakan-Nya, maka disertakan dalam dirinya kefasihan lidah dan kebijaksanaan hati. Hal ini juga menunjukkan kepada kita bahwa Nilai manusia dapat dilihat dari tutur kata dan jalan pikiran-nya.Tutur kata memperlihatkan tingkat kefasihan lidah, sementara jalan pikiran memperlihatkan tingkat kebijaksanaan hati.semakin baik dan bijaksana tutur kata dan jalan pikiran seseorang, semakin ia memperlihatkan kemuliaan dirinya sebagai manusia.sebaliknya, semakin buruk dan serampangan tutur kata dan jalan pikiran seseorang, semakin ia memperlihatkan kehinaan dirinya sebagai manusia.Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kefasihan lidah dan kebijaksanaan hati dalam hidup ini.

    BalasHapus