Kholifah umar bin
abdul aziz memerintah pada masa bani umayyah. Suatu hari, wakil dari setiap
wilayah yang ditaklukan datang menghadap umar bin abdul aziz untuk melaporkan
keadaan di wilayahnya masing masing.
Wakil utusan dari
wilayah hijaz dipersilahkan untuk berbicara terlebih dahulu. Begitu melihat
bahwa wakil dari wilayah hijaz adalah seorang anak yang masih belia,kholifah
umar bin abdul aziz berkata, “ wahai anak kecil, biarlah orang orang yang lebih
tua darimu berbicara terlebih dahulu.”
Mendengar teguran
sang kholifah, wakil yang masih anak anak itu lalu menjawab, “ Ya Amirul
Mukminin!sebenarnya manusia dipandang dari dua hal, yaitu hati dan
lidahnya.Apabila Allah SWT telah menganugerahkan kepada seseorang lidah yang
fasih dan hati yang arif, maka orang itu lebih berhak untuk bersuara. Begitu
pula dengan engkau, Wahai Amirul Mukminin! Jika dipandang dari segi Umur, ada
orang yang lebih berhak dan pantas untuk duduk di atas singgasana paduka itu.”
Kholifah Umar Bin
Abdul Aziz sangat kagum dengan jawaban yang diberikan anak kecil tersebut.
Ternyata, kata katanya penuh hikmah dan sangat berisi, hingga membuat
kholifah menyadari kekeliruan ucapannya. “ benar apa yang kau ucapkan, wahai
wakil yang terhormat. Katakanlah bagaimana keadaan negerimu saat ini?”
“ Ya Amirul
Mukminin, kami adalah penduduk yang mendapat kebahagiaan, bukan kesulitan.kami
menghadap paduka bukan untuk mengadukan kekacauan negeri kami. Sebaliknya, kami
ingin melaporkan bahwa kami telah memperoleh apa yang telah kami harapkan,
berkat kepemimpinan paduka yang adil.”
Kholifah Umar Bin
Abdul Aziz merasa kagum terhadap kefasihan dan kebijaksanaan ucapan anak
itu.beliau lalu bertanya, “ berapa usiamu, wahai wakil yang bijaksana?”
Anak itu
menjawab. “ Sepuluh Tahun, Paduka.”
Rasa Kagum
Kholifah Umar Bin Abdul Aziz diwujudkan dalam ucapan doannya, “ Semoga Allah Menetapkan
kefasihan dan kebijaksanaan dalam setiap ucapanmu,nak.”







Hikmah :
BalasHapus“ Allah SWT memuliakan siapa saja yang dikehendakinya dan menghinakan siapa saja yang dikehendakinya.” Demikian firman Allah dalam Al Qur’an terkait kemuliaan dan kehinaan yang diperoleh manusia didunia ini.kemuliaan dan kehinaan manusia adalah atas kehendak Allah.Anak kecil berusia sepuluh tahun yang memperoleh kemuliaan dalam kisah ini merupakan bukti firman Allah tersebut. Ada banyak cara yang ditempuh Allah untuk menggangkat martabat manusia dan menempatkannya dalam kedudukan mulia ditengah umat manusia.salah satunya adalah dengan menganugerahkan kepada hamba yang dikehendaki-Nya lidah yang fasih dan hati yang arif.Apabila dua hal ini terdapat dalam diri seorang hamba, itu merupakan pertanda adanya kemuliaan yang disertakan Allah SWT dalam hidupnya. Hamba Allah dalam kisah ini, meskipun usianya baru sepuluh tahun, karena Allah menghendakinnya duduk dalam golongan orang orang yang dimuliakan-Nya, maka disertakan dalam dirinya kefasihan lidah dan kebijaksanaan hati. Hal ini juga menunjukkan kepada kita bahwa Nilai manusia dapat dilihat dari tutur kata dan jalan pikiran-nya.Tutur kata memperlihatkan tingkat kefasihan lidah, sementara jalan pikiran memperlihatkan tingkat kebijaksanaan hati.semakin baik dan bijaksana tutur kata dan jalan pikiran seseorang, semakin ia memperlihatkan kemuliaan dirinya sebagai manusia.sebaliknya, semakin buruk dan serampangan tutur kata dan jalan pikiran seseorang, semakin ia memperlihatkan kehinaan dirinya sebagai manusia.Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kefasihan lidah dan kebijaksanaan hati dalam hidup ini.