Multiple inteligence

Setiap anak terlahir sebagi bintang,...

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 27 Agustus 2012

Isak Tangis Isam Bin Yusuf


Dikisahkan tentang seorang yang ahli ibadah bernama Isam Bin Yusuf.Ia adalah seorang Hamba Allah yang sangat wara’ dan khusu’ dalam salatnya.Namun, ada hal yang selalu mengusik hatinya.Ia selalu merasa bahwa ibadah yang dilakukan kurang khusu’. Karena itu, Isam Bin Yusuf selalu bertanya kepada orang yang ia anggap lebih mampu beribadah secara khusu’ daripada dirinya.
Suatu hari, Isam menghadiri majelis seorang abid bernama Hatim Al- Asham. Kepadanya Isam bertanya, “ Wahai Abu Abdurahman ( Nama Panggilan Hatim ), bagaimana  cara tuan melaksanakan sholat?”
Hatim kemudian Menjawab,”Apabila masuk waktu shalat,Aku berwudhu lahir dan batin.”
Mendengar jawaban itu, Isam Bin Yusuf melanjutkan pertanyaannya, bagaimana wudhu batin itu?”
Hatim berkata, “ wudhu lahir adalah seperti biasa, membasuh seluruh anggota wudhu dengan air. Sementara wudhu batin adalah membasuh anggota wudhu dengan tujuh perkara, yaitu bertobat, menyesal terhadap dosa yang telah dilakukan, tidak tergila gila terhadap dunia, tidak mencari pujian dari manusia, meninggalkan sifat bermegah megahan, meninggalkan sifat khianat dan menipu, dan meninggalkan sifat dengki.”
Hatim melanjutkan ucapannya, “ kemudian aku pergi ke masjid. Kupusatkan semua Anggota tubuhku untuk menghadap ke arah kiblat.Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan. Aku bayangkan Allah berada dihadapanku.Surga disebelah kananku.Neraka disebelah kiriku.Dan malaikat maut dibelakangku.kubayangkan pula, seolah olah aku berdiri diatas Shiratal mustaqim. Aku menganggap salatku kali ini adalah yang terakhir bagiku.Mungkin setelah salat itu, aku akan menghadap ke haribaan Allah SWT.Kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik.kuresapi makna setiap bacaan dan doa dalam salatku, kemudian aku ruku’ dan sujud dengan penuh tawaduk dan merasa hina di hadapan Allah. Aku bertasyahud penuh pengharapan, dan aku mengucapkan salam dengan penuh keikhlasan. Begitulah salat yang kulakukan selama 30 tahunini.”
Begitu selesai Isam Bin Yusuf mendengar keterangan Hatim, Menangislah ia dengan sekeras kerasnya. Yang terbayang dibenaknya adalah betapa ibadah yang dilakukannya selama ini sangat tak berarti bila dibandingkan ibadah yang dilakukan oleh hatim.

Kefasihan dan kearifan seorang anak berusia 10 Tahun


Kholifah umar bin abdul aziz memerintah pada masa bani umayyah. Suatu hari, wakil dari setiap wilayah yang ditaklukan datang menghadap umar bin abdul aziz untuk melaporkan keadaan di wilayahnya masing masing.
Wakil utusan dari wilayah hijaz dipersilahkan untuk berbicara terlebih dahulu. Begitu melihat bahwa wakil dari wilayah hijaz adalah seorang anak yang masih belia,kholifah umar bin abdul aziz berkata, “ wahai anak kecil, biarlah orang orang yang lebih tua darimu berbicara terlebih dahulu.”
Mendengar teguran sang kholifah, wakil yang masih anak anak itu lalu menjawab, “ Ya Amirul Mukminin!sebenarnya manusia dipandang dari dua hal, yaitu hati dan lidahnya.Apabila Allah SWT telah menganugerahkan kepada seseorang lidah yang fasih dan hati yang arif, maka orang itu lebih berhak untuk bersuara. Begitu pula dengan engkau, Wahai Amirul Mukminin! Jika dipandang dari segi Umur, ada orang yang lebih berhak dan pantas untuk duduk di atas singgasana paduka itu.”
Kholifah Umar Bin Abdul Aziz sangat kagum dengan jawaban yang diberikan anak kecil tersebut. Ternyata, kata katanya penuh hikmah dan sangat  berisi, hingga membuat kholifah menyadari kekeliruan ucapannya. “ benar apa yang kau ucapkan, wahai wakil yang terhormat. Katakanlah bagaimana keadaan negerimu saat ini?”
“ Ya Amirul Mukminin, kami adalah penduduk yang mendapat kebahagiaan, bukan kesulitan.kami menghadap paduka bukan untuk mengadukan kekacauan negeri kami. Sebaliknya, kami ingin melaporkan bahwa kami telah memperoleh apa yang telah kami harapkan, berkat kepemimpinan paduka yang adil.”
Kholifah Umar Bin Abdul Aziz merasa kagum terhadap kefasihan dan kebijaksanaan ucapan anak itu.beliau lalu bertanya, “ berapa usiamu, wahai wakil yang bijaksana?”
Anak itu menjawab. “ Sepuluh Tahun, Paduka.”

Rasa Kagum Kholifah Umar Bin Abdul Aziz diwujudkan dalam ucapan doannya, “ Semoga Allah Menetapkan kefasihan dan kebijaksanaan dalam setiap ucapanmu,nak.”

Minggu, 26 Agustus 2012

Undian Berhadiah Syurga


Ketika rosulullah SAW menyeru kaum muslim yang mampu berperang untuk terjun ke gelanggang perang badar, terjadi perdebadan menarik antara saad bin khaitsamah dan ayahnya, khaitsamah. Pada saat itu, seruan untuk terjun berperang adalah suatu yang sangat ditunggu tunggu. Kaum muslimin sudah terbiasa diseru untuk membela agama Allah dan berjihad di jalan-Nya. Karena itu, Khaitsamah berkata kepada anaknya, “ wahai anakku, aku akan keluar untuk berperang. Kau tinggal saja dirumah, menjaga wanita dan anak anak.”
“ wahai ayahku, demi Allah janganlah berbuat seperti  itu, karena keinginanku untuk memerangi mereka lebih besar daripada keinginanmu.engkau lebih berhak untuk tinggal dirumah. Karenanya, izinkanlah aku keluar untuk berperang dan tinggallah engkau disini, wahai ayahku!” jawab saad.
Kaitsamah marah, lalu berkata kepada anaknya,” kamu membangkang dan tidak mentaati perintahku!”
Saad menjawab, “ Allah mewajibkan aku untuk berjihad, dan rosulullah memanggiku untuk berangkat berperang, sementara engkau meminta sesuatu yang lain kepadaku.bagaimana mungkin engkau rela melihatku taat kepadamu, tetapi pada saat yang sama aku menentang Allah dan Rosul-Nya? ”
Khaitsamah Kemudian berkata “ wahai anakku, kita berdua memang harus memenuhi seruan Rosulullah. Karena itu, dahulukan aku untuk berangkat! “
Saad Menjawab, “ Demi Allah, wahai Ayahku. Kalau bukan karena surga, aku akan mendahulukanmu.”
Khaitsamah tidak rela mendahulukan anaknya kecuali melalui undian antara dia dan anaknya, sehingga terasa lebih adil.hasil undian  menunjukkan bahwa saadlah yang harus turun ke medan perang. Ia lalu turun ke medan badar, dan akhirnya ia mati syahid dalam peperangan itu.
Kini, giliran khaitsamah berangkat menuju medan peetempuran.tetapi Rosulullah tidak mengijinkannya. Khaitsamahpun berkata sambil menangis, “ Wahai Rosulullah, aku ingin sekali terjun dalam perang badar.karena keinginanku yang sangat kuat, aku lalu mengadakan undian dengan anakku. Tetapi anakku yangmemenangkan undian itu, sehingga dia yang terlebih dahulu mendapatkan syahid.Kemarin aku bermimpi. Didalam mimpi itu, aku melihat anakkku berkata kepadaku, “ Engkau harus menemaniku di surga, dan aku telah mendapatkan apa yang telah di janjikan Allah.wahai  Rosulullah, Demi Allah aku sangat rindu untuk menemaninya di surga. Usiaku telah lanjut dan aku ingin berjumpa dengan tuhanku,”
Setelah mendengar penuturan khaitsamah, Rosulullah pun mengizinkannya.khaitsamah kemudian terjun ke medan perang.ia bertempur hingga mati syahid, dan akhirnya berjumpa dengan anaknya di surga.